DAPATKAH KAU RASA

apa yang ku tulis adalah rasaku
yang ku tuang dengan segenap hatiku
jangan kau baca dengan mata
namun bacalah dengan jiwa
aku berharap engkau mengerti rasaku

pergilah bila kau ingin...


Senin, 27 April 2009

surat terakhir


Kemarin aku masih berjalan
menyusuri lekuk liku sungai
menunggu engkau datang.

Hingga senja temaram,
malam menjemputku
namun aku tetap disana
menunggumu.

Samar-samar kulihat bayangmu
menghampiriku.
Tersenyum.
dan mengucapkan
“ selamat tinggal. “
Tiada sepatah katapun yang lain
yang engkau ucapkan padaku

Pergilah.
Jangan mengkhawatirkanku
(atau mungkin memang engkau
tak pernah mengkhawatirkanku)
aku ingin mengantarmu dengan senyumku
aku tak ingin engkau melihat airmataku lagi

Jangan pernah berpikir engkau menyakitiku.
Tidak.
Sama sekali tidak.
Engkau telah membuatku bahagia selama ini.
Engkau telah membuatku tersenyum.

Walaupun aku sering berharap
masih akan tetap bisa memandangmu
walau tak mungkin bisa bersamamu
namun aku tahu itu tak mungkin.
Aku tak ingin mengganggu hidupmu.
Aku ingin melihatmu bahagia

Aku akan berhenti menunggumu.
Aku takkan lagi menyusuri sungai ini.
Aku akan merenangi dinginnya sungai ini,
membiarkan arus menyeretku
ke muara, ke laut
atau mungkin ganasnya kedalaman
palung-palung sungai akan menelanku

Sesungguhnya banyak hal
yang ingin kusampaikan padamu.
Namun aku tak pernah bisa
mengatakannya padamu.
dan aku telah menulis sebuah novel panjang
tentang seluruh perjalanan hidupku
yang sebenarnya ingin kukirim padamu
dihari ulang tahun kamu.

Tapi ternyata kamu pergi
lebih cepat dari yang kukira.
Tapi bukan suatu masalah.
Aku akan menyimpan novel itu baik-baik.
agar suatu saat nanti
bila aku sudah kembali pada-Nya
akan ada seseorang yang menemukannya.
Dan semoga dia mengerti
kenapa aku begitu mencintaimu.

Aku sendiri tak tahu
apakah itu cinta, atau kasih sayang

Aku hanya ingin melihatmu bahagia.
Aku tak ingin engkau terluka.
Sepertinya cintaku terlalu besar
untuk membiarkanmu sakit.

Pergilah
Mungkin ini surat terakhir dariku.
Aku akan memandangmu dari kejauhan.
Kar’na aku tak lagi sanggup didekatmu
setelah ucapan selamat tinggal itu.

Jaga diri baik-baik.
Do’a ku selalu bersamamu.
Aku akan menghitung hari demi hari
sejak kepergianmu.
Bila aku telah berhenti berhitung,
berarti telah terjadi sesuatu padaku.
Atau mungkin aku telah bisa melupakanmu.

Jiwaku diatas sana.
Bersama bintang dan rembulan
Tersenyum memandangmu yang telah bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar