DAPATKAH KAU RASA

apa yang ku tulis adalah rasaku
yang ku tuang dengan segenap hatiku
jangan kau baca dengan mata
namun bacalah dengan jiwa
aku berharap engkau mengerti rasaku

pergilah bila kau ingin...


Selasa, 24 Februari 2009

purnama



Malam ini purnama begitu terang dan indah
Rembulan tersenyum di pucuk dedaunan
Desir angin bak symphoni surgawi
Aku rindu padamu

Rembulan diatas sana tak ubahnya dirimu
Sedang aku bagaikan sebuah telaga sunyi
Ku peluk dirimu hanya sebatas bayang
Bagaikan indahnya bayangan rembulan
Diatas jernihnya air telaga

Senin, 23 Februari 2009

wajah dalam cermin


Kutatap raut wajahku
diantara cermin-cermin retak
Kulihat disana
seraut wajah tua yang sangat menjijikkan
wajah hina penuh nista

Aku muak dengan raut wajahku
aku jijik melihat kenistaan
yang terpancar dari matanya

Aku ingin membunuh raut wajah itu
Aku begitu benci
melihat senyum dan air matanya

Aku ingin mencabik-cabiknya
Aku ingin menguburnya
dengan sampah
bukan dengan tanah merah
kar’na itulah yang pantas
untuk seraut wajah nista sepertiku

Minggu, 22 Februari 2009

jalan Tuhan


Tuhan,
Hari demi hari semakin aku mengerti
bila sendiri itu lebih baik
dan mungkin ini adalah
jalan yang telah Engkau gariskan untukku

Aku akan menapaki hidupku
seperti dulu lagi
sendiri dan menutup diri
Aku akan menyimpan seluruh tangisku
Aku akan mengatupkan bibir ini rapat-rapat
Aku akan menyebut Asma_Mu
dari sudut hatiku yang paling kelam

Aku tak akan pernah berharap lagi
ada seseorang yang perduli padaku
Aku tak ingin ada seorangpun tahu
perihnya hati ini
Kar’na ku tahu harapku sebuah kesia-siaan

Tuhan,
Jangan biarkan aku menangis
dan jangan biarkan aku tersenyum

Kar’na senyum yang kulepaskan
harus kutebus dengan berlipat airmata

Tuhan,
Biarkan mata dan hatiku terpejam
Aku lelah

Jumat, 20 Februari 2009

di ujung pelangi


Ku telusuri waktu
searah hembusan angin senja
Wangi rerumputan basah
menyentuh ujung jiwaku

Pelangi di ufuk langit mengundang ekor mataku
Aku tersenyum
kudekapkan kedua tanganku
aku mulai berdendang

Aku menikmati keindahan itu
dan aku melihatmu disana,
diujung pelangi,
tersenyum padaku
Melambaikan tangan,
dan berbisik
“ Aku telah bahagia”

aku membalas senyummu
dan turut berbisik
“Kasih, aku berbahagia untuk kebahagiaanmu.”

Kamis, 19 Februari 2009

nyanyian nirwana


Mendengar suaramu,
bagai mendengar nyanyian nirwana
menyelusup jauh ke relung jiwa

Namun aku tak berani memandangmu
apalagi menatap matamu
Kau tahu ?
aku sangat ingin menatap teduhnya sinar matamu
tapi aku sadar aku takkan mampu

Terimakasih Tuhan
Aku t’lah mendengar suaranya hari ini

gelap dan bersinar


Tuhan
Ampuni hamba-Mu ini
Yang kurang bersyukur atas segala
nikmat yang telah Engkau beri

Selama ini aku begitu benci kegelapan
tapi aku tak pernah mengerti
Apakah rembulan akan nampak indah
bila tiada gelap ?
Apakah bintang akan bersinar lebih terang
bila tiada kelam ?

Tuhan
Kini aku mengerti
kenapa Engkau menciptakan kelam
agar yang bersinar menjadi lebih indah

Tuhan
Aku akan menyukai kelam mulai saat ini
agar yang bersinar di sekelilingku
semakin indah

Selasa, 17 Februari 2009

papa, jemput aku



Angin meniup sedikit kencang sore ini
Ku lihat bunga-bunga berguguran
di taman seberang kantorku
Gerimis mulai turun

Aku tersedak
Teringat peristiwa 25 tahun yang lalu
saat bunga-bunga kutaburkan
diatas gundukan tanah merah
di atas jasad orang yang sangat aku sayangi

Papa,
Sering ingin ku gambarkan raut wajahmu
namun bayangmu tak bisa hadir
di pelupuk mataku
saat itu aku masih terlalu kecil

Papa,
Tapi aku tak pernah lupa
masa-masa indah kita
kenangan-kenangan manis kita
saat aku berlari kearahmu
dan kau bentangkan kedua tanganmu
kau rengkuh aku
dan kita tertawa bersama

Papa,
Dulu engkau selalu berpesan padaku
“ anak papa ga boleh cengeng ya ! “
maafkan aku papa
saat ini aku sedang sangat bersedih
aku sering menangis
dadaku sakit, aku sering susah untuk bernafas

Papa,
andai engkau tahu
andai engkau melihatku
aku sedang sangat berduka

Papa,
aku ingin ikut bersamamu
aku ingin menyusulmu

Papa,
apakah disana sangat indah
apakah disana sangat damai
Papa,
jemput aku
bawa aku terbang bersamamu
ke sana
ke tempat yang tak terjangkau
oleh rasa kehilangan
oleh rasa sakit
dan kepedihan

aku rindu mama



Ku cium wanginya tanah merah yang basah
Seketika aku rindu bertelanjang kaki
berlarian diantara beceknya tanah merah
dibawah derasnya air hujan

Aku rindu teriakan mama
yang melarangku mandi hujan
Aku rindu usapan tangan mama
memandikanku dengan air hangat
dan menyuapkan bubur panas
saat aku menggigil kedinginan

Mama,
Adakah kau rasakan
saat ini aku sedang menggigil
Mama,
sakit ini tak jua pergi meninggalkan ragaku
Mama,
aku sedang sangat bersedih

Mama,
aku ingin pulang
aku ingin menangis dalam pelukanmu
aku ingin kau membelai rambutku
dan mencium keningku
memelukku erat
dan mengatakan padaku
ssssssssstttttttttt
udah sayang,
ada mama di sini.

Mama,
aku rindu semua itu

Tapi aku mengerti
mama tak setegar dulu lagi
sejak kepergian papa meninggalkan kita

Mama,
biarlah kutelan pahit ini seorang diri
Mama,
biarkan ku rajut sakitku seorang diri
aku tak ingin membuat mama lebih menderita

Sekarang aku mengerti
seperti apa perasaan mama saat papa pergi
meninggalkan kita menuju surga

Mama,
aku mengerti
arti sebuah kehilangan

lelah


aku sendiri,

lelah,

dan ingin tertidur
diantara gugurnya bunga-bunga

Senin, 16 Februari 2009

hening yang ku ingin


Aku tak ingin terbangun
dari mimpi ini
kar’na ku takut kehilangan bayangmu

Aku tak ingin tersadar
dari lamunan ini
kar’na ku takut sketsa wajahmu buyar

Ku ingin hening di sekelilingku
ku ingin angin berhenti berdesir
ku ingin ombak berhenti bergulung

Agar sunyi makin mencekam
agar mampu kau dengar
gemuruhnya hatiku
yang sedang gulana merindumu

setandus rinduku padanya


Wahai rumput kering
temanilah aku disini
menyanyikan kidung kepiluan

Wahai desir angin yang kemarau
bawalah aku kembara bersamamu
menikmati teriknya kehidupan

Wahai daun-daun kering
timbunlah keping-keping hatiku
agar terkubur bersama rinduku

Aku t’lah lelah mengais
kar’na pedih yang kugali
tak cukup untuk mengubur rinduku padanya

Ku coba menembus batas rindu
agar dapat melupakannya
ku coba membangun benteng kasih yang lain
agar dapat menghimpit bayangnya
namun semua itu sia-sia

Aku hanya mampu terisak
di tanah kering berilalang
setandus rinduku padanya.

Minggu, 15 Februari 2009

kasih dengan walaupun



Semua keadaan adalah baik
Semua keadaan adalah karunia Tuhan
Aku tidak pernah menyesal
Bila semua terjadi berbeda

Tidak seperti yang kau bayangkan
Dan tidak seperti yang kuharapkan

Jujur
Waktu itu sesungguhnya aku
tidak sedang bercanda
aku sedang memikirkanmu
dan selalu memikirkanmu
tapi aku harus tahu siapa aku

maafkan aku atas segala kelancanganku
aku takkan pernah mengulanginya lagi
aku akan menyimpan semua perasaanku
disini
digemuruhnya rinduku
dideburan kasihku
dan didesiran nafasku

aku terperangkap dalam rasa ini
seluruh tubuhku benar-benar lunglai
dan serasa tak mampu bernafas
dadaku selalu sesak
dan mataku selalu pedih
di genangi air mata.
Penyakit ini sangat menyiksaku
Dokterpun tak sanggup lagi mengobatiku

Aku hanya mampu bersujud
Namun sering tak mampu mengucap do’a
Aku bersujud dalam diam

Ku persembahkan setangkai mawar putih untukmu
Sebagai tanda kasih suciku
Kasih bukan dengan kata karena
Tapi kasih dengan kata walaupun

jangan hiraukan aku

Ku telah merenung sekian waktu
dan telah berulang ku katakan
rasa ini adalah salahku
sakit ini adalah salahku
dan kata maaf itu pun harus dariku
dan akupun telah mengucapkannya
maaf kan aku atas rasa ini

Aku tahu dan sudah merasakan
bila rasa tak mampu di pinta dan tak mampu di tolak
aku terus berusaha untuk pasrah
agar dapat kunikmati sakit ini
jadi sebuah kenangan yang indah
tapi aku belum sanggup
rasa kehilangan ini begitu dalam
rindu ini tak mampu ku redam
walaupun aku tahu
aku menanti sebuah bayang-bayang kosong

inipun salahku
tak semestinya ada rasa kehilangan itu
kar’na ku tahu engkau bukanlah milikku
bahkan aku sangat tahu
engkau tak menginginkan rasa itu
hadir di hatiku
apakah aku menyesal?
Tidak.
Walau sakit, tapi aku bahagia dengan rasa ini

namun aku takkan pernah mau lagi
untuk berusaha melupakanmu
kar’na aku tak sanggup
dan semakin aku berusaha melupakanmu
aku semakin sakit.

Dan sampai detik ini
tubuhkupun belum mampu
menyembunyikan segala rasa di hati ini
tubuhku semakin melemah hari demi hari
mewakili rasa kehilanganku yang begitu sakit

aku sudah berusaha menyembunyikan segala rasa ini
kar’na sesungguhnya aku merasa nista dengan rasa ini
aku merasa sangat malu dengan kenaifan ini
aku tahu semua ini tak semestinya.
Sayang,
Tetaplah menjadi matahariku
yang menyinari hidupku dari kejauhan
ijinkan aku tetap menjadikanmu kekasih hatiku
hanya di dalam hatiku
dan tak lebih dari itu.
walau aku tahu itu sebuah nista
ijinkan aku tetap memeluk bayangmu
dalam setiap mimpiku.

Pergilah.
aku tak kan mencarimu lagi
bila kau ingin aku melihatmu
kirimkan syairmu
itu sudah cukup bagiku
untuk mengobati kerinduanku.
Kar’na aku selalu melihatmu
disetiap saat,
dari jendela syairmu

bila kau sedang bersedih, sakit,
atau sedang bahagia sekalipun
katakan padaku
bila kau bahagia aku turut bahagia.

Selamat jalan sayang
jangan hiraukan diriku
aku tahu aku bukan siapa-siapa
sambutlah hari depanmu yang indah bersamanya.





Jumat, 13 Februari 2009

terpuruk



Dingin
Gelap
Beku
Sepi

Itu yang kurasakan saat ku terpuruk
di sudut kelam kehidupan

Aku tergugu dalam isak
tertunduk dalam ketidak berdayaanku
meratapi perih yang tak mampu kuhapus

Aku ingin bangkit
meninggalkan sudut kesendirianku
namun aku tak berdaya
sekujur tubuhku lunglai
oleh kenistaan yang tak mampu kukubur

ku tuang crystal-crystal hatiku
diantara jendela-jendela berjelaga
di seberang sudut kelamku
agar cerah mampu kuraba

namun sudut itu terlalu beku
menggenggam langkahku yang letih
menyusuri ketidak berdayaan.
Dan aku terjerembab.

sayap-sayap patah



Ku lihat samar warna jingga
di temaramnya senja
Ku ingin kepakkan sayap
agar ku tak terjebak di gulitanya malam

Namun aku hanya termenung
Sayap-sayapku t’lah patah
hingga ku hanya mampu terduduk di keremangan

Tak seorangpun membalut lukaku
membiarkan darah terus menetes
di ujung patahan sayapku

senja makin kelam
dan aku merenungi kenistaanku

ranting-ranting yang t’lah menoreh
ujung sayapku
melambai-lambai tertiup angin
saling bergesekan
menciptakan sebuah lagu kemenangan
atas luka yang t’lah ditorehkan

adakah kebencian dihatiku?
Tidak!

Ranting-ranting itu tak pernah bersalah
Aku yang lalai
Tersesat dibelantaranya hidup ini

Aku tertunduk
Menghisap keperihan hatiku


adakah engkau mengerti


Ku dengar kicau burung di kejauhan
Begitu merdu terdengar
Namun aku tak pernah mengerti
apa yang dia ucapkan

kulihat indah kepak sayapnya
bak melambai-lambai
mengajakku menari bersamanya

duhai burung kecilku
adakah engkau mengerti
hati ini penuh luka?

Ku tak sanggup bernyanyi bersamamu
Ku tak sanggup menari bersamamu
Ku hanya mampu memandangmu
Dari sini
dari sudut hidupku
diantara isak tangisku

biarkan hanya aku yang terluka


Ku untai kata demi kata
agar terhapus rasa nyeri ini

ku tuang segala pedih disamudra hatiku
ku genggam kuntum mawar merah yang terindah
walau duri tajam t’lah menusuk kalbuku

mawar merah dalam genggamanku
t’lah tergenang tetesan darah
yang mengucur dari torehan hatiku

aku mengerti
luka ini adalah salahku
ku tak ingin siapapun turut terluka

biar kubawa pergi siksa ini
hingga rasa terkubur beserta raga
menjemput ajal yang masih kembara

ku tak ingin menunggu jawabmu
yang kutahu kan mengiris nadiku

saat ini aku meregang
antara ajal dan kehidupan
antara hidup dan kematian

ku susuri kata demi kata
yang kau suguhkan padaku
beberapa hari yang lalu

dan aku menangis
sebuah dosa t’lah kuperbuat
ku tak ingin menyakitinya
akupun mengerti bila kau tak ingin dia terluka

maafkan atas semua sikapku
maafkan atas semua syairku
kan kutenggelamkan rinduku
di kedalaman lukaku



air mata darah



Ku pejam mata menahan perih
yang menghunjam relung jiwaku
namun tetes demi tetes tak mampu kubendung

Tuhan,
ku tahu Engkau tahu yang kurasakan
ku tahu Engkau mendengar jerit lirih hatiku
walau tak terucap

namun adakah dia mengerti rasa perih ini?

Tuhan,
tolong katakan padanya
kalau aku tak pernah meminta pada-Mu
untuk rasa ini
tapi Engkaulah yang memberiku karunia ini

Air mata darah yang kuteteskan
tak mampu membasuh kepedihan ini

aku sadar,
aku mengerti,
tapi aku tak mampu mengusir rasa ini

Tuhan,
aku ingin berlari
meninggalkan rasa yang menghimpit ini

Namun aku tak mampu.

Tuhan,
aku pasrah
bila hati ini mati dalam hidup
menahan kepedihan yang kekal

kolam air mata



Saat ini
kolam yang terindah adalah
kolam airmataku

Yang menampung segala sakitku
yang menggenggam segenap kecewaku
yang membasuh sayap patahku
dan menenggelamkan perih
yang tak mampu kuhapus

Saat ini yang terbaik adalah
merenangi segenap lukaku
menikmati buih-buih perih
yang membasuh asaku
jengkal demi jenggal

Haruskah aku berhenti menangis?
Tidak.
Aku ingin tersedu
membiarkan tetes demi tetes
menggenangi hati yang berdarah
kolam air mata yang memerah
berbaur antara luka dan air mata

Aku tersenyum dalam gigil
menikmati perih yang begitu indah


Kamis, 12 Februari 2009

untuk hatiku


Hati yang perih
hati yang terluka
mengertilah berjuta makna

Apa kau kira Tuhan tak melihat airmatamu?
Apa kau kira Tuhan tak merasakan perihmu?
Apa kau kira Tuhan tak mendengar rintihmu?

Bahagia adalah nikmat
Luka adalah nikmat
Perih adalah lebih nikmat

Tak semua apa yang kau inginkan
akan kau dapatkan.
tak semua hal seperti yang kau ingin

Hai hati yang pedih
menangislah dan terus menangis
kar’na air matapun juga karunia
berbahagialah kar’na kau masih bisa menangis.

hai hati yang menangis

nikmatilah perihmu




Selasa, 10 Februari 2009

tulip di muara


Kupandang indahnya bunga tulip
namun tak seindah rinduku padamu

Namun aku mengerti
rinduku membuat gundah hatimu

Aku tahu sayang,
kau tak pernah mengharap rinduku.

Namun biarkan rindu ini mengalir
tanpa muara

Ijinkan kunikmati rasa yang menyiksa ini.
biarkan aku merindumu
biarkan kupeluk bayangmu
dari sini,
dari kejauhan hatimu
yang tak mungkin mampu ku jangkau

Aku tahu kau tak ingin menjawabku
aku sangat mengerti
sesungguhnya akupun malu dengan perasaan ini
andai ku mampu menghalau semua rasa ini
akupun tak ingin

Maafkan aku atas semua rasa ini

Senin, 09 Februari 2009

nasehatmu


Beberapa minggu terakhir ini
aku merasakan beban yang amat berat.
Aku sangat lelah.
Aku ingin ada seseorang yang dapat menghiburku,
menasehatiku, menggenggam tanganku,
dan mengatakan padaku kalau semua akan baik-baik saja.

Tapi aku lelah berharap.
Satu-satunya yang membuatku tetap bertahan
adalah nasehatmu.
Bahwa Tuhan selalu melihatku, mendengarku
dan selalu mengujiku.

Do’akan agar aku dapat melewati semua ujian ini
dengan senyum dan ketabahan.Amiin.

Kamis, 05 Februari 2009



Hari ini adalah hari kesekian kita terpisah.
Sayang,
tahukah kamu?
aku sangat merindukanmu.

Aku ingin melihat indahnya tatap matamu,
aku ingin melihat indahnya senyum dibibirmu
aku ingin mendengar merdunya candamu

Aku sering termenung dan berpikir
kira-kira bagaimana ya kabar kamu?
apa kamu baik-baik saja?
apakah kamu sedang bersedih,
atau sedang bahagia?

Sayang,
Sesungguhnya aku sangat merindukanmu.
Aku sering berharap,
kita duduk berdua di tepi sebuah danau biru,
atau ditepian pantai yang indah
bercerita tentang banyak hal
sambil memandang dua angsa putih
yang sedang memadu cinta

Setelah itu aku tersenyum sendiri.
Anganku terlalu tinggi.

Sayang,
Aku selalu berdo’a untuk kebahagiaanmu.

Rabu, 04 Februari 2009

disisi mawar yang mekar


Bunga mawar itu sangat indah,
Wanginya pun harum semerbak
Namun bila disisi bunga mawar
yang sedang mekar itu
tumbuh dua kuncup bunga yang lain,
akankah tetap indah?
bertambah indah?
ataukah akan mengganggu
bunga mawar yang sedang mekar?

Selasa, 03 Februari 2009

sebuah cerpen untuk kekasih



Sayang,
Semalam aku memimpikanmu
Kamu memintaku untuk datang
ke suatu tempat yang indah.
Saat aku kesana, kulihat kau sedang menungguku
di tepi sebuah danau yang begitu jernih.
Saat kuhampiri, kau menatapku penuh iba.
“Sudah sembuhkah?” Tanyamu.
Aku tersenyum.
“Seperti yang kau lihat.aku masih bisa kesini bukan?”
Kau termenung menatapku.”tapi mukamu pucat.”katamu.
“ Ya. Penyakit ini masih merongrong tubuhku.”
“Sakit apa kamu sebenarnya?”tanyamu sambil menggenggam jemariku.
“Tidak terlalu serius.hanya terasa sesak didadaku, dan sakit dikepalaku.”
“Lalu apa kata dokter?” tanyamu sambil menarikku duduk disampingmu.
“Sedikit depresi dan darah tinggi.tekanan darahku 180. Dan karena darah tinggi itu,
pembuluh darah dimata sebelah kananku ada yang pecah.tapi kata dokter gpp kok.”

Kamu terlihat sangat marah.
“ Sudah kukatakan padamu. Pergi dan lupakan aku.Dan jangan pernah lagi menangis untukku.” Kulihat bibirmu bergetar.

Aku tersenyum.Ku genggam erat jemarimu.Lalu kucium lembut ujung jari jemari itu.
“Aku akan pergi.Pergi jauh dan sangat jauh.Aku takkan pernah datang padamu lagi.
Tapi jangan pernah memintaku untuk melupakanmu.Kar’na aku takkan pernah sanggup untuk melakukan itu.”

Kamu semakin marah. Aku belum pernah melihatmu marah selama ini.Kamu adalah sosok yang sangat lembut dan sangat perasa.Tapi aku benar-benar melihatmu marah.
“Kamu tahu, aku tak pernah menginginkan semua itu.Bahkan aku tak pernah ingin mendengar kata-kata itu.”teriakmu semakin marah.matamu nanar menatapku penuh kebencian.

Aku menghela nafas dalam-dalam.Kulepaskan genggaman tanganmu.”Aku tahu.Dan aku sangat mengerti semua itu.Kamu punya hak untuk itu.Sama halnya aku juga punya hak untuk mengenangmu.Aku juga tak pernah meminta rasa itu datang.Aku juga tak pernah meminta untuk mencintaimu.Tapi Tuhan memberikan karunia itu padaku.Dan aku tak kuasa menolaknya.”

Aku berpaling dan melangkah meninggalkanmu.Aku ingin berlari.Namun kakiku sangat berat untuk kuayun.Aku terus tertatih meninggalkanmu.Dengan derai air mata yang tak lagi mampu ku bendung.Namun ku tak ingin lagi, kau melihat air mataku.

Dan saat kuterbangun mataku basah oleh air mata.

Senin, 02 Februari 2009

ku pergi membawa bayangmu




Ku bentang hatiku
Seluas kasih yang ku miliki
Kurajut benangnya helai demi helai
Kutautkan satu demi Satu
Lembar demi lembar kutata di kebisuan

Lengkap sudah permadani hatiku
Dengan bunga-bunga kecil bertaburan diatasnya
Mawar dan melati jadi padu padan
Yang indah antara cinta dan kesucian
Indahnya cinta yang penuh duri
Dan sucinya hati untuk berkorban

Namun kusadari
Bunga-bunga itu mulai mengering
Kelopaknya mulai menghitam
Lembar demi lembar dan kuntum demi kuntum
Akankah kubuang bunga-bunga kering itu?

TIDAK!!!

Kan kusimpan.
Kujadikan rangkaian bunga kering yang indah

Hari ini
Kupungut satu demi Satu kuntum-kuntum yang mengering itu
Kan kusematkan disetiap bait syairku
Kan kupersembahkan untukmu setiap hari

Aku tahu kau memandangku dari kejauhan
Aku tahu hatimu bersedih
Aku melihat sinar matamu penuh luka
Bukan kebencian

Aku mengerti duri –duri ini terlalu tajam
Aku mengerti kau tak ingin terluka
Dan tak ingin siapapun terluka

Aku pergi
Bukan karena aku ingin pergi
Tapi aku juga tak ingin siapapun terluka

Ku ingin kau tahu
Aku pergi membawa bayangmu
Bila kau ingin melihat bayangmu dalam pelukku,
Bacalah bait demi bait syairku
Karna bayangmu ada disana
Dan selalu akan ada disana

Di dalam syairku
Di dalam hatiku
Di dalam nafasku
Di tetesan air mataku

Dan di setiap aliran darahku.

Aku pergi sayang
Aku tahu kau melihatku
Aku pergi dengan derai air mata dan do’a
SEMOGA KAU BAHAGIA.




tak mampu kubaca




Kau datang tanpa kupinta
kau pergipun tanpa kata
tinggalkan makna yang tak mampu kubaca

Bentukmu tak mampu kuraba
antara ada dan tiada

Begitu indah kupandang
namun tak mampu kuraih
begitu jauh dan tinggi
hingga tak mampu ku selami

kucoba tumbuh




Selama ini aku begitu takut untuk sendiri
tapi aku lupa
bahwa aku terlahir serorang diri
dan suatu saat nanti aku pasti akan sendiri.

Di ujung hidupku
diawal nafasku, dan diakhir nafasku
aku pasti akan sendiri

Kini kucoba untuk tumbuh
diantara karang-karang tajam
di kesendirianku
dan dirapuhnya akar jiwaku.