DAPATKAH KAU RASA

apa yang ku tulis adalah rasaku
yang ku tuang dengan segenap hatiku
jangan kau baca dengan mata
namun bacalah dengan jiwa
aku berharap engkau mengerti rasaku

pergilah bila kau ingin...


Senin, 05 April 2010

risau


Ada galau yang tak mampu ku redam
Melilit kuat membelenggu jiwaku

Ada risau yang tak mampu ku halau
Menghimpit sesakkan dadaku

Ada gelisah yang membuncah
Seakan hentikan denyut jantungku

Aku tak mengerti
Aku tak kuasa
Aku tak berdaya

Ku coba tersenyum
diantara butiran airmataku
namun hati ini tak mampu ku dustai

menulispun rasanya aku tak sanggup
kar’na ku tak mampu lukiskan
segenap rasa yang sesakkan dada

Selasa, 30 Maret 2010

menghitung hari lanjutan 1

23 februari 2010 hari ke 302
28 februari 2010 hari ke 307
31 maret 2010 hari ke 338
06 juli 2010 hari ke 435

Kamis, 25 Maret 2010

perih


kini ku tiada arti lagi
terserpih diantara batu-batu kali
tinggalkan perih tak terperi

ku tak kuasa
ingin ku hapus bayangmu sekejap saja
namun jiwa terpaut rasa

pelarian ini tak berarti
bayangmu terpatri dlm hati
tak mampu ku cabut lagi

ingin ku menjerit
namun bibir terkatup rapat

ingin ku berlari
namun lunglai langkah diri

aku terpuruk...
aku terpuruk...
aku terpuruk...

tanpa engkau tahu akan rasaku....

Senin, 15 Maret 2010

aku setitik debu


Ada pedih yang tak mampu ku gambarkan
dengan kata ataupun cerita

Ada luka yang tak mampu ku sampaikan
dengan lisan ataupun tulisan

Biarkan menggenang di sini
di dalam dada ini

Biarkan berkerak di sini
di dalam batin ini

yang sering tergugu di malam bisu
yang sering tersedu di sudut beku

Aku sebutir debu
yang sirna tertiup waktu

tanpa sisa
tanpa bekas

tak setitikpun
yang tertinggal

Rabu, 10 Maret 2010

lanjutan akhir sebuah kisah 3


Adit menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Kedua lengannya dia gunakan sebagai bantalan kepala. Malam kian dingin. Tiba-tiba terlintas bayangan wajah Nita. Entah mengapa bayangan wajah Nita tiba-tiba muncul di benak Adit. Wajah yang lembut, namun terbersit bayangan kepedihan di matanya. bulir crystal yang mengalir, juga isak Nita saat Adit memetik gitar. Ada rapuh yang terpancar di mata Nita. Ada kelelahan yang coba dia sembunyikan di sana. Adit menghela nafas.
“ Jangan kabarkan kepedihanmu Nita…hati ini masih basah dengan luka…ku belum mampu menopang rapuhmu….” Gumam Adit.

Mau tak mau bayangan masa lalu itu kembali menari di benak Adit.
“ Irma. “
Sebuah nama yang begitu dalam merasuk dalam jiwa Adit. Sebuah nama yang begitu indah. Tapi juga sangat menyakitkan. Sebuah nama yang mewakili kecantikan seorang gadis yang telah mengisi seluruh hari-harinya. Yang telah menghabiskan seluruh hati dan jiwanya. Dan meninggalkan sebuah kehampaan yang sangat panjang.

Senin, 08 Maret 2010

lanjutan akhir sebuah kisah 2


Nita tersenyum simpul.
Tiba-tiba sepasang tangan menyentuh pundak Nita.
“ Hhhmmm….nampaknya sedang bahagia.”
Terdengar sebuah sapaan lembut di telinga Nita.
Nita terkejut dan menoleh.
“ Adit...”Gumam Nita.
Adit melempar senyum pada Nita dan melepaskan sentuhan di pundak Nita.
Nita bangkit dari duduknya.
“ Maaf mengejutkanmu.” Kata Adit.
“ Oh, ga apa-apa kok. “ jawab Nita.
“ Sepertinya sedang memikirkan sesuatu?” Tanya Adit sambil melangkah.
Nita hanya tersenyum sambil menjajari langkah Adit.

Mereka berjalan beriring menuju bangku kayu tempat dimana kemaren Adit bermain gitar. Mereka melangkah tanpa sepatah katapun. Sepertinya mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Adit duduk dan mulai memetik gitarnya. Denting kepiluan itu mulai mengalun kembali. Nita duduk terpekur di samping Adit. Sebutir crystal bening bergulir di pipinya. Nada-nada yang mengalir dari dawai gitar Adit laksana berjuta belati mengoyak-ngoyak hatinya. Adit terus memainkan iramanya dengan nada kian memilukan. Tak kuasa tanpa sadar akhirnya Nita terisak. Adit yang tak menyadari kesedihan Nita tersentak mendengar isak Nita. Adit serta merta menghentikan petikan gitarnya. Adit tertegun. Nita terkejut saat menyadari Adit telah menghentikan petikan gitarnya. Nita tersipu malu sambil menyeka airmatanya.

Adit menyentuh lembut pundak Nita sambil tersenyum. Tak sepatah katapun keluar dari bibir mereka. Pagi ini hanya mata mereka yang saling bicara. Masing-masing menterjemahkan keadaan alam dan alunan gitar dengan cerita masing-masing.

Jumat, 05 Maret 2010

kepak terakhir



ku kepak sayap yang t'lah patah


terbang keatas pelangi terindah



menggapai bahagiaku bersamamu
'tuk yang terakhir kali

walau hati bersimbah darah
dalam rintih kepedihanku
" aku bahagia "

" MISS YOU HONEY.... "
" LET ME GO FOR YOUR HAPPINESS "

Rabu, 24 Februari 2010

lanjutan akhir sebuah kisah (1)


Nita melangkah perlahan sambil menikmati keindahan pagi.
“ Hhhmmm…tak terdengar petikan gitar…” gumam Nita perlahan.
Entah karena apa Nita merindukan irama sendu itu. Hati Nita seperti terbawa arus permainan gitar Adit.

Nita melewati bangku kayu tempat kemarin Adit bermain gitar. Tapi tak tampak kehadiran Adit. Nita menghela nafas dan melanjutkan langkah kakinya menyusuri tepian sungai. Tiba di hulu sungai terdapat air terjun yang sangat indah. Nita duduk ditepi sungai. Menjuntaikan kakinya kedalam air sungai yang jernih dan dingin. Suara gemuruh air terjun dan gemericik air sungai yang menghempas bebatuan, mengantarkan pikiran Nita pada masa lalu. Saat dimana dia dan Iwan sering menghabiskan pagi dan sore hari di tepian sungai seperti ini.

Nita tersenyum. Nampak di pelupuk matanya bayangan Iwan menggenggam tangannya dengan lembut. Berjalan melintasi rumput basah di taman di sepanjang tepian sungai. Aroma rumput basah sisa embun pagi mengelus penciuman Nita. Embun pagi diatas bunga berkilau keemasan tertimpa sinar mentari pagi. Sepasang kupu-kupu biru terbang berkejaran diatas sekuntum mawar kuning. Nita mulai merengek. Meminta Iwan menangkap kupu-kupu yang indah itu. Iwan dengan sabar mengelus rambut Nita.
“Jangan ganggu mereka sayang…biarkan mereka menikmati kebahagiaannya…kita lihat dari jauh aja ya…?” ucap Iwan dengan lembut.
Nita merajuk. Merengek manja dan memukul-mukul dada Iwan. Iwan mencubit ujung hidung Nita dengan lembut. Lalu berlari meninggalkan Nita. Nita menjerit manja dan berlari mengejar Iwan. Mereka bercanda dan berkejaran sepanjang pagi. Tiba-tiba Nita terjatuh. Lututnya terluka. Nita menangis manja dalam pelukan Iwan. Iwan membelai rambut Nita dengan penuh kasih sayang.
“ Udah sayang…ayo, diobatin dulu.” Ucap Iwan lembut di telinga Nita.
“ Sakiiiittttt…..” rengek Nita manja.
“ Iya…makanya ayo cepet di obatin dulu…” Ucap Iwan sambil menghapus airmata yang bergulir di pipi Nita.

Nita menghentikan rengekannya. Dan Iwan dengan segera membersihkan luka kecil di lutut Nita.