23 februari 2010 hari ke 302
28 februari 2010 hari ke 307
31 maret 2010 hari ke 338
06 juli 2010 hari ke 435
Selasa, 30 Maret 2010
Kamis, 25 Maret 2010
perih
kini ku tiada arti lagi
terserpih diantara batu-batu kali
tinggalkan perih tak terperi
ku tak kuasa
ingin ku hapus bayangmu sekejap saja
namun jiwa terpaut rasa
pelarian ini tak berarti
bayangmu terpatri dlm hati
tak mampu ku cabut lagi
ingin ku menjerit
namun bibir terkatup rapat
ingin ku berlari
namun lunglai langkah diri
aku terpuruk...
aku terpuruk...
aku terpuruk...
tanpa engkau tahu akan rasaku....
Senin, 15 Maret 2010
aku setitik debu
Ada pedih yang tak mampu ku gambarkan
dengan kata ataupun cerita
Ada luka yang tak mampu ku sampaikan
dengan lisan ataupun tulisan
Biarkan menggenang di sini
di dalam dada ini
Biarkan berkerak di sini
di dalam batin ini
yang sering tergugu di malam bisu
yang sering tersedu di sudut beku
Aku sebutir debu
yang sirna tertiup waktu
tanpa sisa
tanpa bekas
tak setitikpun
yang tertinggal
dengan kata ataupun cerita
Ada luka yang tak mampu ku sampaikan
dengan lisan ataupun tulisan
Biarkan menggenang di sini
di dalam dada ini
Biarkan berkerak di sini
di dalam batin ini
yang sering tergugu di malam bisu
yang sering tersedu di sudut beku
Aku sebutir debu
yang sirna tertiup waktu
tanpa sisa
tanpa bekas
tak setitikpun
yang tertinggal
Rabu, 10 Maret 2010
lanjutan akhir sebuah kisah 3
Adit menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Kedua lengannya dia gunakan sebagai bantalan kepala. Malam kian dingin. Tiba-tiba terlintas bayangan wajah Nita. Entah mengapa bayangan wajah Nita tiba-tiba muncul di benak Adit. Wajah yang lembut, namun terbersit bayangan kepedihan di matanya. bulir crystal yang mengalir, juga isak Nita saat Adit memetik gitar. Ada rapuh yang terpancar di mata Nita. Ada kelelahan yang coba dia sembunyikan di sana. Adit menghela nafas.
“ Jangan kabarkan kepedihanmu Nita…hati ini masih basah dengan luka…ku belum mampu menopang rapuhmu….” Gumam Adit.
Mau tak mau bayangan masa lalu itu kembali menari di benak Adit.
“ Irma. “
Sebuah nama yang begitu dalam merasuk dalam jiwa Adit. Sebuah nama yang begitu indah. Tapi juga sangat menyakitkan. Sebuah nama yang mewakili kecantikan seorang gadis yang telah mengisi seluruh hari-harinya. Yang telah menghabiskan seluruh hati dan jiwanya. Dan meninggalkan sebuah kehampaan yang sangat panjang.
“ Jangan kabarkan kepedihanmu Nita…hati ini masih basah dengan luka…ku belum mampu menopang rapuhmu….” Gumam Adit.
Mau tak mau bayangan masa lalu itu kembali menari di benak Adit.
“ Irma. “
Sebuah nama yang begitu dalam merasuk dalam jiwa Adit. Sebuah nama yang begitu indah. Tapi juga sangat menyakitkan. Sebuah nama yang mewakili kecantikan seorang gadis yang telah mengisi seluruh hari-harinya. Yang telah menghabiskan seluruh hati dan jiwanya. Dan meninggalkan sebuah kehampaan yang sangat panjang.
Senin, 08 Maret 2010
lanjutan akhir sebuah kisah 2
Nita tersenyum simpul.
Tiba-tiba sepasang tangan menyentuh pundak Nita.
“ Hhhmmm….nampaknya sedang bahagia.”
Terdengar sebuah sapaan lembut di telinga Nita.
Nita terkejut dan menoleh.
“ Adit...”Gumam Nita.
Adit melempar senyum pada Nita dan melepaskan sentuhan di pundak Nita.
Nita bangkit dari duduknya.
“ Maaf mengejutkanmu.” Kata Adit.
“ Oh, ga apa-apa kok. “ jawab Nita.
“ Sepertinya sedang memikirkan sesuatu?” Tanya Adit sambil melangkah.
Nita hanya tersenyum sambil menjajari langkah Adit.
Mereka berjalan beriring menuju bangku kayu tempat dimana kemaren Adit bermain gitar. Mereka melangkah tanpa sepatah katapun. Sepertinya mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Adit duduk dan mulai memetik gitarnya. Denting kepiluan itu mulai mengalun kembali. Nita duduk terpekur di samping Adit. Sebutir crystal bening bergulir di pipinya. Nada-nada yang mengalir dari dawai gitar Adit laksana berjuta belati mengoyak-ngoyak hatinya. Adit terus memainkan iramanya dengan nada kian memilukan. Tak kuasa tanpa sadar akhirnya Nita terisak. Adit yang tak menyadari kesedihan Nita tersentak mendengar isak Nita. Adit serta merta menghentikan petikan gitarnya. Adit tertegun. Nita terkejut saat menyadari Adit telah menghentikan petikan gitarnya. Nita tersipu malu sambil menyeka airmatanya.
Adit menyentuh lembut pundak Nita sambil tersenyum. Tak sepatah katapun keluar dari bibir mereka. Pagi ini hanya mata mereka yang saling bicara. Masing-masing menterjemahkan keadaan alam dan alunan gitar dengan cerita masing-masing.
Tiba-tiba sepasang tangan menyentuh pundak Nita.
“ Hhhmmm….nampaknya sedang bahagia.”
Terdengar sebuah sapaan lembut di telinga Nita.
Nita terkejut dan menoleh.
“ Adit...”Gumam Nita.
Adit melempar senyum pada Nita dan melepaskan sentuhan di pundak Nita.
Nita bangkit dari duduknya.
“ Maaf mengejutkanmu.” Kata Adit.
“ Oh, ga apa-apa kok. “ jawab Nita.
“ Sepertinya sedang memikirkan sesuatu?” Tanya Adit sambil melangkah.
Nita hanya tersenyum sambil menjajari langkah Adit.
Mereka berjalan beriring menuju bangku kayu tempat dimana kemaren Adit bermain gitar. Mereka melangkah tanpa sepatah katapun. Sepertinya mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Adit duduk dan mulai memetik gitarnya. Denting kepiluan itu mulai mengalun kembali. Nita duduk terpekur di samping Adit. Sebutir crystal bening bergulir di pipinya. Nada-nada yang mengalir dari dawai gitar Adit laksana berjuta belati mengoyak-ngoyak hatinya. Adit terus memainkan iramanya dengan nada kian memilukan. Tak kuasa tanpa sadar akhirnya Nita terisak. Adit yang tak menyadari kesedihan Nita tersentak mendengar isak Nita. Adit serta merta menghentikan petikan gitarnya. Adit tertegun. Nita terkejut saat menyadari Adit telah menghentikan petikan gitarnya. Nita tersipu malu sambil menyeka airmatanya.
Adit menyentuh lembut pundak Nita sambil tersenyum. Tak sepatah katapun keluar dari bibir mereka. Pagi ini hanya mata mereka yang saling bicara. Masing-masing menterjemahkan keadaan alam dan alunan gitar dengan cerita masing-masing.
Jumat, 05 Maret 2010
kepak terakhir
Langganan:
Postingan (Atom)