Adit menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Kedua lengannya dia gunakan sebagai bantalan kepala. Malam kian dingin. Tiba-tiba terlintas bayangan wajah Nita. Entah mengapa bayangan wajah Nita tiba-tiba muncul di benak Adit. Wajah yang lembut, namun terbersit bayangan kepedihan di matanya. bulir crystal yang mengalir, juga isak Nita saat Adit memetik gitar. Ada rapuh yang terpancar di mata Nita. Ada kelelahan yang coba dia sembunyikan di sana. Adit menghela nafas.
“ Jangan kabarkan kepedihanmu Nita…hati ini masih basah dengan luka…ku belum mampu menopang rapuhmu….” Gumam Adit.
Mau tak mau bayangan masa lalu itu kembali menari di benak Adit.
“ Irma. “
Sebuah nama yang begitu dalam merasuk dalam jiwa Adit. Sebuah nama yang begitu indah. Tapi juga sangat menyakitkan. Sebuah nama yang mewakili kecantikan seorang gadis yang telah mengisi seluruh hari-harinya. Yang telah menghabiskan seluruh hati dan jiwanya. Dan meninggalkan sebuah kehampaan yang sangat panjang.
“ Jangan kabarkan kepedihanmu Nita…hati ini masih basah dengan luka…ku belum mampu menopang rapuhmu….” Gumam Adit.
Mau tak mau bayangan masa lalu itu kembali menari di benak Adit.
“ Irma. “
Sebuah nama yang begitu dalam merasuk dalam jiwa Adit. Sebuah nama yang begitu indah. Tapi juga sangat menyakitkan. Sebuah nama yang mewakili kecantikan seorang gadis yang telah mengisi seluruh hari-harinya. Yang telah menghabiskan seluruh hati dan jiwanya. Dan meninggalkan sebuah kehampaan yang sangat panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar