DAPATKAH KAU RASA

apa yang ku tulis adalah rasaku
yang ku tuang dengan segenap hatiku
jangan kau baca dengan mata
namun bacalah dengan jiwa
aku berharap engkau mengerti rasaku

pergilah bila kau ingin...


Senin, 10 September 2012

aku mencintaimu Al

aku mencintaimu Al...
seperti telaga mencintai purnama
memeluk bayangmu di beku malam
 dalam gigil rasa yang terpendam

aku mencintaimu Al...
seperti udara yang terhirup dalam setiap nafas
tak pernah memekik walau akhirnya dihempas



aku mencintaimu Al...
seperti air yang mengalir
tak pernah meronta hingga ke hilir
walau akhirnya harus berakhir


aku mencintaimu Al...
seperti bumi tempat berpijak
tak pernah teriak walau terinjak
diam menantimu sadar walau akhirnya harus retak


aku mencintai Al...
mencintaimu dengan seluruh nafasku
walau bagimu aku hanyalah sebongkah batu
sebagai pengganjal meja kerjamu....


Jumat, 07 September 2012

senyum untuk raka



Dering alarm berbunyi dari Handphone yang tergeletak di atas tempat tidur ratih. Ratih meraihnya dengan tangan gemetar.Tubuhnya lunglai tanpa daya.Sehari semalam bayangan orang yang sangat dicintainya tak luput dari pelupuk matanya.Raka.Memang selama ini Ratih selalu teringat padanya.Tapi rasa pada hari ini sangat berbeda.Tak terasa sebutir air mengalir di kedua belah pipinya yang mulai terlihat tirus.maklum saja karena berat badan Ratih turun 4 kg dalam kurun waktu sebulan.Sekejap Ratih memejamkan mata dan menarik nafas panjang.Ada keraguan dalam hatinya.Namun entah kekuatan apa yang mendorongnya mengetik sms untuk Raka.


“hari ini tak sekejappun aku bisa mengusir bayangmu…do’a apa yg hrs kubaca…? Aku tak bisa tidur sama sekali…entah apa yg sesungguhnya terjadi padaku”

Tulis Ratih dengan derai air mata.

Perang bathin berkecamuk dalam dada Ratih.Satu sisi dia tak ingin mengganggu Raka lagi.Tapi sisi hatinya yang paling dalam, sangat berat hidup tanpa Raka.Raka yang telah mengisi hari-harinya lebih dari setahun.Raka satu-satunya laki-laki yang mampu meluluhkan hatinya yang selama ini telah tertutup rapat.Raka yang telah mengukirkan banyak kenangan indah.Tak seharipun hidupnya terlewatkan tanpa suara ataupun sms dari Raka.Dan saat sekarang harus kehilangan Raka, terlalu berat baginya.



Raka bukanlah laki-laki pertama yang dicintainya.Pernah ada seorang laki-laki lain yang mengisi hati Ratih.Namun kematian telah memisahkan mereka.Lebih dari 15 tahun Ratih menutup hati bagi laki-laki.Dan hanya Raka lah yang mampu membuatnya kembali tersenyum.Kini kehilangan Raka lebih sulit bagi Ratih.Ratih belum pernah memiliki cinta sebesar ini sebelumnya.



Ratih bangkit dari tempat tidur setelah berjam-jam menunggu tak ada balasan sms dari Raka.Ratih berpikir mungkin ini yang terbaik bagi mereka.Mungkin memang sebaiknya Ratih tak mengganggu kebahagiaan Raka lagi.Terseok diseretnya langkah kakinya menuju kamar mandi.Lama dipandanginya cermin di depan wastafel kamar mandi hotel.Kusut masai wajahnya tak mampu disembunyikan.Begitupun usia yang terpaut jauh dari Raka tak kan mampu diingkarinya.Kepedihan tak mampu dibendungnya.Ratih membuka kran dan membasuh wajahnya. Kembali ditatapnya wajah basahnya.

“Aku tak boleh lagi menangis.Aku harus tersenyum untuk kebahagiaannya.Ya Tuhan…. Bantu hamba_Mu ini membalut hati ini…aku sangat menyayanginya….beri kekuatan padaku untuk tersenyum di hadapannya…untuk tersenyum kepadanya….Bantu aku Tuhan….” Ratih menghela nafas sedalam yang dia mampu.Dia bertekad untuk tak lagi menangis.Walau seberat apapun rasa dalam hatinya.Rasa sayangnya pada Raka mengalahkan kepedihan hatinya.Dia tak ingin memaksakan keadaan.Ratih tak ingin Raka hidup tersiksa bersama penderitaan hidupnya.



Selesai mandi Ratih mengemasi barang-barangnya.Waktu terapinya tinggal seminggu lagi. Dan Ratih harus pulang. Membayangkan berada di kamarnya, dada Ratih kembali sesak.Biasanya Ratih menghabiskan waktu berjam-jam untuk telphone Raka di kamarnya. “Ya Tuhan…” rintih Ratih. Ratih memukul dadanya. Berharap bayangan Raka meloncat keluar dan pergi dari hatinya.Tapi itu mustahil.



Ratih tak ingin Raka mendengarnya menangis lagi.”biarlah Raka berpikir bahwa aku telah hidup tenang dan bahagia.” Gumamnya pedih.

Tak kan pernah ada yang tahu seberapa besar rasa kasih Ratih untuk Raka.

Dan tak kan pernah ada yang tahu kepedihan hati Ratih kehilangan Raka.

Semua disimpannya mulai hari ini.

Seberat apapun beban yang harus dipikulnya.

Sebesar apapun rasa yang harus disimpannya.

Ratih tak akan mengganggu Raka lagi.

Ratih tahu Raka telah memiliki belahan jiwa yang sangat dicintainya.

Ratih bahagia melihat kebahagiaan Raka.



Raka…

Aku akan tersenyum untuk kebahagiaanmu….. :)