DAPATKAH KAU RASA

apa yang ku tulis adalah rasaku
yang ku tuang dengan segenap hatiku
jangan kau baca dengan mata
namun bacalah dengan jiwa
aku berharap engkau mengerti rasaku

pergilah bila kau ingin...


Rabu, 24 Juni 2009

fatamorgana




Seekor pipit tengadahkan wajah memandang birunya langit
Samar-samar terlihat bayang sesosok elang diranting pohon
Sang pipit tersenyum mengamatinya
Menatap sinar matanya dalam gelisah

Elang sedang terpekur menatap langit
Melihat jernihnya langit yang biru,
awan-awan putih berarak menari
camar kecil terbang meliuk memamerkan keindahan tubuhnya
mentaripun hangat menyinari bumi

Tiba-tiba gerimis turun perlahan
namun mentari tak jua redup
Muncul seleret pelangi diujung birunya langit
Padu padan keindahan alam yang menakjubkan.

Elang perkasa menghela nafas dan berbisik
“Tiada yang kurasa kurang dari keindahan ini.”
“tak seharusnya aku menanti disini”
“dan aku merasa lebih baik pergi”

Sang pipit tertawa menyeringai mendengar gumamnya.
Dan pipit kecil terus mengawasinya

Elang itu terbang tinggi,
mengepakkan sayap menuju kesuatu tempat
Pipit kecil terus melihat dengan sudut matanya

Sang elang hinggap di sebatang dahan
Menghampiri elang betina yang sedang menantinya
Membelai rambut sang betina dalam cengkerama
Dan sang betina nampak sangat bahagia

Sang pipit menghela nafas,
Berpaling dalam sebuah senyuman

Dan beberapa langkah kemudian

Awan berubah gelap,
mentari tenggelam dalam kepekatan
pelangi sirna, dan gerimis beubah menjadi badai.

Halilintar saling menyambar,
Kilat seakan berebut waktu
Saling adu kekuatan dan kecepatan

Sang pipit terbahak dalam derai air mata
Dan bergumam
“ itulah keindahan yg selama ini kau pandang”
“sebuah keindahan yang sempurna bukan?”

Sang pipit menghentikan langkah
ditengah gemuruh badai yg menghantamnya
Dia menatap sepasang elang berpelukan
di batang besar yang teduh

Sang pipit mulai menggigil kedinginan
namun dia sempat bergumam
“selamat bahagia”
sebelum akhirnya dia
menghembuskan nafas terakhirnya
Terhempas dalam badai yg menusuk dingin